..........

RSS

Cerita dari Angkutan Umum

Suatu hari saya harus datang ke Mal A karena ada janji dengan seorang sahabat, jujur saya memang jarang datang ke Mal ini. Dan kali ini saya berencana untuk naik angkutan umun, seorang teman memberi tahu pada saya untuk naik angkot B dengan biaya Rp. 3000 dan turun disamping Mal tersebut. Karena masih merasa ragu, sebelum naik angkot saya bertanya pada sopirnya “apakah lewat Mal A pak?”, “iya neng!” jawaban dari sopir angkot itu. Sekilas sopir angkot terlihat baik untuk saya, karena ketika sampai di mal tujuan dia memberi tahu saya (meskipun saya sudah tahu letak mal itu). Sebelumnya saya punya pengalaman tidak mengenakan berkaitan dengan ongkos yang kurang ketika naik angkot. Pernah ketika saya sudah turun dari angkot, sopir angkot memanggil-manggil saya karena katanya ongkosnya kurang. Kalau dia berkata dengan baik mungkin saya tidak akan menggerutu, tapi kenyataanya dia mengomel-omel dengan menyebut para penghuni kebun binatang. Karena tidak ingin hal tersebut terulang lagi, maka ketika turun saya memberikan uang 5ribuan. Dan saya mendapatkan kembalian Rp. 1000,00 (sempat terpikir oleh saya, wah teman...bohong nich! Untung g kasih pas).
Setelah urusan selesai, saya memutuskan untuk pulang naik angkot lagi. Namun kali ini ketika saya turun saya mendapatkan kembalian Rp. 2000,00 dari uang 5ribuan yang saya kasih (yang benar ongkosnya berapa nich?). Setelah beberapa kali naik angkot ke Mal tersebut, saya mendapatkan ongkosnya memang Rp. 3000,00 dari tempat saya.
Disini, saya bukan mempermasalahkan soal uang yang besarnya cuma Rp. 1000,00. Namun sebuah kejujuran yang makin mulai luntur di negeri ini, bahkan untuk hal-hal kecil seperti ini.
Sebuah pengalaman lain, ada seorang perempuan separuh baya yang sudah berada didalam angkot yang akan saya naiki. Kemudian ditengah perjalanan sang sopir berkata pada perempuan itu, “bu turun disini lalu naik angkot yang warna biru itu nanti sampai ke A”. Dan perempuan itu menurut untuk turun. Dalam hati, kok sopirnya jahat sich. Ibu itu pasti g tahu, kalau dari tempatnya naik ada angkot yang lansung bisa sampai ketempat tujuan tanpa harus naik dua kali seperti ini yang rutenya perjalanannya jadi jauh (saya tahu dari mana ibu itu naik, ketika dia turun dan menyebutkan waktu membayar ongkos).
Mungkin memang iya bahwa sopir angkot mengejar setoran, tapi apa iya harus membohongi orang seperti itu. Nahh saran saya, jika ada dari sahabat yang tersesat didaerah yang baru pertama dikunjungi atau tidak tahu bagaimana untuk sampai ketempat tujuan, saya sarankan untuk tidak bertanya pada sopir angkot atau tukang ojek. Lebih baik bertanya pada pedagang atau petugas keamanan.

NB: tulisan ini bukan berniat untuk menghakimi sopir angkot ataupun tukang ojek, ini saya tulis secara jujur tentang pengalaman saya yang suka jalan-jalan naik angkot.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar